Human Resources Services |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apa Emotional Intelligence (EQ) itu? |
|
|
APA EMOTIONAL INTELLIGENCE (EQ) ITU ?
(Oleh : Ir. Yoki, S.Psi., Psikolog)
Sekarang kita sudah di zaman Milenium yang merupakan zaman global yang penuh tantangan atau kompetisi, maka selain memperhatikan inteligensi otak (IQ, nilai akademik sekolah), kita juga harus memperhatikan kepribadian dan inteligensi emosional (EQ, AE). Emotional Intelligence atau sering disebut Emotional Quotient (EQ) adalah kecerdasan emosional yang mencakup kesadaran diri, pengendalian dorongan hati, ketekunan, semangat atau motivasi diri, empati, dan kecakapan sosial.
EQ mulai diperhatikan dan diperhitungkan setelah buku karangan Daniel Goleman, Ph.D, yang berjudul “Emotional Intelligence” pada tahun 1995. Buku ini sempat menggemparkan dan mengagumkan baik di dunia pendidikan, industri, maupun lembaga profesi lainnya. Hal tersebut menyebabkan para psikolog, psikiater, ilmuwan atau ahli ilmu perilaku melakukan berbagai penelitian terhadap EQ ini. Salah satu kesimpulan yang dihasilkan mereka adalah EQ merupakan faktor utama mengantar dan membawa keberhasilan seseorang dalam dunia kerja maupun lingkungan sosial.
Daniel Goleman mengungkapkan mengapa orang ber-IQ tinggi gagal dan orang yang ber-IQ sedang-sedang menjadi berhasil. Hal ini disebabkan oleh satu faktor penting, yang selama ini selalu diabaikan, yaitu faktor EQ. Kecerdasan emosional ini memiliki ciri-ciri yang menandai orang yang menonjol dalam hubungan interpersonal yang dekat dan hangat, penyesuaian dan pengendalian diri yang baik (dalam hal emosi, perasaan, frustrasi), menjadi bintang di pergaulan linkungan sosial dan dunia kerja. Seandainya seorang yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah maka dia akan mengalami kesulitan bergaul (sulit berteman), kesulitan mendapat pekerjaan, kesulitan perkawinan, kecanggungan mendidik anak, memburuknya kesehatan, dan akhirnya menghambat perkembangan intelektual dan menghancurkan karir. Barangkali kerugian terbesar diderita oleh anak-anak, yaitu dapat terjerumus stres, depresi, gangguan makan, kehamilan yang tak diinginkan, agresivitas, dan kejahatan dengan kekerasan.
Yang pasti apapun profesi dan pekerjaan Anda jika ingin berhasil dan bertahan, persyaratan kemampuan dan pengetahuan khusus terhadap bidang profesi tersebut yang harus ada. Namun hanya dengan persyaratan itu adalah tidak cukup dan yang lebih penting adalah mampu atau tidaknya menciptakan hubungan interpersonal dan sosial yang baik dan sempurna. Oleh karena itu, kita harus bisa meningkatkan dan memperoleh kemampuan EQ kita.
Selanjutnya dalam lingkungan sosial, orang yang berhasil belum tentu orang yang waktu masih sebagai siswa yang mempunyai nilai sekolah yang baik sekali, juga belum tentu yang keluaran dari sekolah favourit/terkenal. Mereka yang berhasil adalah kebanyakan dari mereka yang dalam memanfaatkan dan mengembangkan faktor EQ dalam hubungan sosial. Seperti : penghargaan satu dengan yang lainnya, kesadaran diri, pengendalian diri, kesabaran, sikap halus (lembut), optimistik, dan lain-lain. Disini digunakan kata memanfaatkan dan mengembangkan seperti disebutkan diatas karena EQ itu selain dipengaruhi oleh faktor keturunan (nature) juga dipengaruhi oleh faktor belajar/setelah lahir (nurture).
Satu hal yang menggembirakan ini adalah bahwa EQ itu dapat dikembangkan, dipupuk, dan diperkuat dalam diri kita semua. Oleh karena itu, kita bisa berusaha meningkatkan kecerdasan emosional itu agar memperoleh dan menikmati hidup yang sehat, bahagia, dan berhasil di segala bidang kehidupan ini. Meskipun demikian, kita tidak bisa mengenal diri kita secara penuh atau total, tetapi kita harus berusaha menuju jalan atau cara yang bisa membuat kita lebih mengetahui dan memahami EQ itu sendiri. Hal ini dengan maksud untuk menampilkan dan menguatkan perilaku kita yang positif (kelebihan dan keunggulan kita) serta menutupi dan mengaburkan perilaku kita yang negatif (kelemahan dan kejelekan kita).
Uraian di bawah ini dikhususkan bagi Saudara sebagai orang tua (Bapak/Ibu) yang mempunyai anak yang merasa perlu mendidik dan membimbing anak secara baik agar hidupnya sehat dan berhasil di kemudian hari.
Setiap orang tua (Bapak/Ibu) pasti mengharap anak sendirinya sehat dan cerdas, tetapi dengan hal ini apakah sudah cukup? Ada satu hal yang sangat penting, yaitu anak harus mempunyai kepribadian yang baik. Betapapun anak Anda itu pintar dan sehat tetapi jika kepribadian anak Anda jelek, maka setelah dewasa nanti dia pasti tidak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial di masyarakat. Pada kompleksitas hubungan antar manusia, membuat dia tidak sanggup menampilkan kemampuan otaknya. Silakan lihat orang-orang di sekitar Anda, sewaktu pelajar/mahasiswa yang mempunyai hasil akademik yang baik atau bahkan baik sekali, tidak ada jaminannya akan berhasil di kehidupan nyata dalam sosial. Justru Siswa/Mahasiswa yang hasil akademik rata-rata (biasa-biasa saja) tetapi mereka mempunyai teman dan sahabat yang banyak serta hubungan sosial yang sangat luas. Setelah terjun di masyarakat ia menjadi seorang pemimpin baik di lembaga-lembaga sosial, pemerintah, maupun perusahaan.
Rasanya tidak perlu lagi diberikan contoh orang seperti ini, karena anda sudah mendengar dan mengetahui orang seperti ini baik sebagai sahabat, tetangga, maupun kenalan-kenalan lainnya tentang keberhasilan dan kegagalannya. Namun dalam masyarakat kita, kemampuan emosional ini kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan kemampuan otak. Hal ini disebabkan dengan kebiasaan di masyarakat kita dimana selalu melihat nilai akademik seseorang, untuk bisa masuk sekolah harus bisa memperoleh nilai yang baik. Malah ada yang berpandangan lebih buruk lagi yaitu sekolah adalah hanya untuk memperoleh selembar ijazah tanpa mau memahami ilmu itu dan mengembangkan ilmu pengetahuan itu sendiri.
Sekarang saatnya kita memperhatikan kecerdasan emosional (EQ) ini.
|
|
|
|
|
|
|
Today, there have been 4 visitors (4 hits) on this page! |
|
|
|
|
|
|
|